Penetapan Hs Code

Siapa yang membuat HS Code?

Harmonized System Code (HS Code) dikembangkan oleh World Customs Organization (WCO), yang dalam bahasa Prancis dikenal sebagai Organisation Mondiale des Douanes (OMD). WCO adalah sebuah organisasi internasional yang berpusat di Brussels, Belgia, dan beranggotakan lebih dari 180 negara di seluruh dunia.

Indonesia sendiri adalah salah satu negara yang tergabung dalam World Customs Organization (WCO). Indonesia menjadi anggota WCO pada tanggal 8 Juni 1952. Sejak saat itu, Indonesia aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan program yang diselenggarakan oleh WCO, serta berkontribusi dalam pengembangan dan implementasi kebijakan kepabeanan yang diatur oleh organisasi ini.

HS Code pertama kali diperkenalkan oleh WCO pada tahun 1988. Sejak saat itu, kode ini telah mengalami beberapa revisi dan perbaikan untuk mengakomodasi perkembangan perdagangan internasional dan mencerminkan perubahan dalam jenis barang yang diperdagangkan.

Pada penerapannya, setiap barang yang diperdagangkan di pasar internasional diberikan kode numerik yang unik dalam HS Code. Kode ini terdiri atas angka-angka dan dapat mencakup hingga enam digit, tergantung pada tingkat spesifikasi yang diperlukan.

Struktur dari HS Code terdiri atas bab, kelompok, subkelompok, dan pos tarif, yang semuanya berkontribusi untuk menggambarkan ciri dan sifat barang dengan rinci.

Kode ini berperan penting dalam berbagai aspek perdagangan, termasuk penghitungan tarif, analisis statistik perdagangan, pemantauan kegiatan impor dan ekspor, perencanaan kebijakan perdagangan, serta pelaksanaan undang-undang dan regulasi terkait perdagangan internasional.

Dengan HS Code, para pelaku perdagangan dan pemerintah dapat memiliki pemahaman yang seragam tentang jenis barang yang diperdagangkan, memfasilitasi kelancaran arus barang di seluruh perbatasan, mengurangi kebingungan, dan membantu menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih transparan dan efisien.

Subkelompok (Subheading)

Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi subkelompok yang diidentifikasi dengan enam digit angka. Subkelompok ini memberikan rincian yang lebih mendalam mengenai barang-barang dalam kelompok tersebut.

Pentingnya HS Code dalam Impor dan Ekspor

HS Code memegang peranan penting dalam perdagangan internasional, terutama dalam konteks impor-ekspor. Berikut adalah beberapa alasan mengapa HS Code sangat penting:

Mempermudah Prosedur Bea Cukai: HS Code memungkinkan bea cukai dan otoritas negara untuk mengklasifikasikan barang secara akurat dan efisien. Ini juga membantu dalam penentuan tarif bea masuk dan mengurangi keterlambatan di pelabuhan.

Menghindari Kesalahan dalam Pengiriman Barang: Dengan kode yang jelas, perusahaan dapat menghindari kesalahan dalam pengiriman barang yang dapat menyebabkan denda atau pengembalian barang.

Pengawasan Barang Terlarang atau Terbatas: HS Code memungkinkan negara untuk mengidentifikasi barang-barang yang memiliki pembatasan atau larangan, seperti barang berbahaya atau yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Kelompok (Heading)

Di bawah setiap bab, terdapat kelompok yang diidentifikasi dengan empat digit angka. Kelompok ini memberikan klasifikasi yang lebih spesifik dari barang-barang dalam setiap bab.

Apa tujuan Harmonized System Code (HS Code)?

Tujuan utama dari Harmonized System Code (HS Code) adalah untuk menyediakan sistem klasifikasi standar yang berlaku secara internasional untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan barang yang diperdagangkan di seluruh dunia.

Selain itu, masih ada tujuan lainnya dari penerapan HS Code, antara lain:

Secara keseluruhan, Harmonized System Code (HS Code) memiliki peran krusial dalam membantu menghubungkan dunia dalam aktivitas perdagangan internasional, mendorong pertumbuhan ekonomi global, dan menciptakan lingkungan perdagangan yang lebih teratur, transparan, dan terstruktur.

Baca juga: keuntungan dan cara import barang dari china

Pendahuluan: Mengapa HS Code Penting dalam Perdagangan Global?

HS Code adalah sistem pengkodean yang digunakan untuk mengklasifikasikan barang-barang yang diperdagangkan di seluruh dunia. Tanpa adanya sistem ini, proses impor dan ekspor barang akan jauh lebih rumit dan rawan kesalahan, baik dalam perhitungan tarif bea cukai maupun dalam pemenuhan regulasi. Sistem ini mempermudah negara-negara di seluruh dunia untuk berkomunikasi secara efektif mengenai jenis barang yang diperdagangkan, memastikan bahwa pengenaan tarif yang sesuai dilakukan, serta menjaga pengawasan terhadap barang-barang yang dibatasi atau terlarang.

HS Code, singkatan dari Harmonized System Code, adalah sebuah sistem klasifikasi barang yang dikelola oleh World Customs Organization (WCO). Sistem ini digunakan oleh lebih dari 200 negara di seluruh dunia untuk mengkategorikan barang-barang dalam perdagangan internasional. HS Code terdiri dari serangkaian angka yang menunjukkan kategori dan subkategori barang.

Sistem ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988 oleh WCO dengan tujuan untuk memfasilitasi perdagangan internasional yang lebih efisien. HS Code memiliki struktur yang terstandarisasi sehingga dapat digunakan oleh hampir semua negara, meskipun beberapa negara menambahkan digit lebih lanjut untuk penyesuaian lokal.

Manfaat HS Code untuk Pelaku Bisnis

Bagi pelaku bisnis yang terlibat dalam perdagangan internasional, HS Code menawarkan berbagai manfaat, di antaranya:

Mempermudah Pencarian Tarif Impor dan Prosedur Bea Cukai: Dengan mengetahui HS Code yang tepat, pelaku bisnis dapat dengan mudah mencari tarif bea cukai dan prosedur yang berlaku untuk barang mereka. Ini akan mempercepat proses impor dan ekspor.

Mengurangi Potensi Masalah Hukum: Salah memilih HS Code dapat berakibat pada kesalahan tarif atau bahkan pelanggaran hukum. Dengan memahami dan memilih HS Code yang tepat, pelaku bisnis dapat mengurangi risiko hukum.

Efisiensi dalam Logistik dan Pengelolaan Inventaris: HS Code juga digunakan dalam sistem logistik untuk mengelompokkan barang berdasarkan jenisnya, sehingga memudahkan proses pengelolaan inventaris dan distribusi barang.

Untuk mengetahui HS Code suatu barang, Anda bisa mengakses beberapa platform resmi yang disediakan oleh pemerintah Indonesia. Salah satu cara adalah dengan mengunjungi laman Indonesia National Single Window (INSW) di http://eservice.insw.go.id/. Setelah masuk ke laman tersebut, pilih menu INDONESIA NTR di toolbar dan klik HS Code Information. Di halaman ini, Anda bisa mencari HS Code berdasarkan kata kunci dalam Bahasa Indonesia. Setelah memasukkan kata pencarian, pilih HS Code dengan delapan digit, dan Anda dapat melihat informasi terkait Bea Masuk, PPN, PPH, serta pembatasan atau larangan (Lartas) yang mungkin berlaku.

Alternatif lain, Anda juga bisa mengunjungi portal intrade.kemendag.go.id. Di sini, pilih menu Layanan dan klik Daftar HS. Pada kolom pencarian HS, Anda dapat langsung memasukkan nomor HS jika sudah mengetahuinya, atau memilih Uraian Barang (Indonesia) dan memasukkan kata kunci yang relevan. Setelah itu, klik Lihat, dan Anda akan menemukan berbagai informasi terkait nomor HS yang sesuai dengan kata pencarian Anda, lengkap dengan informasi tentang tarif dan aturan lainnya.

HS Code adalah bagian tak terpisahkan dari sistem perdagangan internasional. Dengan memahami cara kerja HS Code, manfaatnya, dan cara mencari kode yang tepat untuk produk Anda, pelaku bisnis dapat memastikan bahwa proses impor-ekspor berjalan lebih lancar dan sesuai dengan regulasi. Sistem ini tidak hanya membantu dalam menentukan tarif, tetapi juga menjaga kelancaran alur perdagangan internasional dengan pengawasan yang lebih baik.

31 Trade restrictions and policies

11 Trade restrictions and policies

0 Trade restrictions and policies

Customs Tariff Number 09019090

Bosnia and Herzegovina (BA)

Occupied palestinian Territory (PS)

GSP+ (incentive arrangement for sustainable development and good governance) (2027)

GSP - General arrangements (2020)

EU-Canada agreement: re-imported goods (1006)

Masyarakat sering mendengar istilah kode harmonized system (HS). Namun, tak banyak orang memahami maksud kode HS tersebut.

HS adalah nomenklatur klasifikasi barang yang digunakan secara seragam di seluruh dunia.

Penerapan ini berdasarkan International Convention on The Harmonized Commodity Description and Coding System dan digunakan untuk keperluan tarif, statistik, rules of origin, pengawasan komoditi impor/ekspor, dan keperluan lainnya.

“HS terdiri dari penomoran barang sampai tingkat 6 digit, KUMHS, catatan bagian, catatan bab dan catatan subpos yang mengatur ketentuan pengklasifikasian barang,” bunyi penjelasan Bea Cukai.

Di kawasan regional terdapat Asean Harmonised Tariff Nomenclature (AHTN), yakni sistem klasifikasi yang diterapkan pada penomoran barang sampai 8 digit di seluruh Asean berdasarkan Protocol Governing The Implementation of AHTN.

Per 1 Maret 2017, Indonesia menggunakan AHTN menjadi BTKI (8 digit pos tarif) tanpa pemecahan pos nasional seperti BTKI 2012 dan meliputi beberapa perubahan.

Pertama, perubahan struktur kasifikasi a.l. penambahan pos atau subpos, penghilangan atau penggabungan pos atau subpos, dan revisi uraian. Kedua, perubahan catatan bagian, bab dan catatan bab pos.

Perubahan BTKI berdampak terhadap beberapa pada pos tarif misalnya Bea Masuk Umum, Bea Masuk Free Trade AGreement (FTA), Bea Keluar, BMAD dan BMTP, Pajak Impor, termasuk perizinan terkait dengan larangan dan pembatasan impor/ekspor. Dampak lain adalah penyesuaian modul PIB, PEB dan pemberitahuan pabean terkait lainnya, lartas pada Kementerian dan Lembaga, dan Penyesuan IT Inventory.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/Annots[ 23 0 R 24 0 R] /MediaBox[ 0 0 595.32 842.04] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 4 0 obj <> stream xœÅ][sÛF²~w•ÿ^N¸%! ×<­í$Žã$ÖZŠ·¶’ó ‰ÉP"^ìÕ¿?ýuÏ �QdàÙÔÊ0ƒîééûôþzù"ͽÔ�œ4O½$rÂ0ö‚È ÏÏœuùòÅ¿ÿá,^¾øë‰í^_½|ñÍ�“xyâ\ݾ|8>ý85§Þ™Ÿzaä\ÝS³·—©3Ù¼|á;¾ÊôÕÛ—/~w�Gîr2Ûàßí(vgóÑÿ:W?½|ñ=�øW~îÅY#FDÃwZÐú€©©�æ¹> ¤üP~äeq 5ÁUÇ=©�»(ɽ$±Q䢅ޑÐRåeVhç½CK0ShïFç©{9:Bú¹¿~;RÓq$yìe¡ ƒÐÏâžÆÄà§#p„�8"¢nâ}C¥öêé2|¼|(‹ð~?€tä™ØÂ&`Z6¢¦dœgn˜ò„Fqíi®™¶XÎLÂhž}’ Ø·9©gcr2�îtÚçGZý½] ¼ i!õiyçaÊÛòtLYam¾:Xà“ú·Áêw\)£ÜêLèH~]z£¤oСòbh¿­{�‚¥|/Jº�9¾çÓ½oÏTÞlá«ÕzvGÄ�Éš†a¿€“ØK§3PËsÓ@YS´e÷ ­¬¨©,ó‚ƒYÇýõÄüúÈHNGâHoI­îŠ®¾¥«oè*r¿ùs”¹KÖw;z°�+wA? ~L÷àáÆŸÔ…uAqƒ6üs6&F–÷ ó‚£á7³ªß˜þ_¢Ç¹ Où!~}sÇ?þ¾Ë�Û´ïsˆetïS¦±&£!1ALCb¬ãã7@Þþcʉùñ¿,K5&·O‘Û…](ÒÛÜïRÆįOⵧÁûzÜTn1�=¥ Iõ�šÏÀË2G%4­9Mkh‰Bi%ØGv+GJò«d8Š/ÎÉýó’̼D)/:@í)ͬ¸iÆüZÔ49¦&i¶°“h�µú;¢‘þ#"böDz1Öz"vE¿�‡Ð#$ɳQêB’KܺûÖ¦—Ÿ…]’,f쬶çïA…] ¨³�¯~%å廯8mñ*î’F]ýp~ÀýWï¯Fç‰û�TÞGÐȹ N)…±û+Ýû])¾z —ûÕkôqÞ‰NòæW?‚à,Ùïõ‰_WÜèâ+c¼óÄm„¤ ý “0ù…·0ú?^ö5§^yÿsÜ ŠtIlõæÃwÄÁiG¨w[© ò"È~9X!Déž¾ßÝ?\bš˜¹•¹è7l.ì¼…Û¿]Ž*ž}õsš3ÒÜþ./>|d–íuJM‰²ÑG…Eãgüt>�ä:ÝO„m¿S©ÐËmôëwª"rt£ôD 87§ ¥mIœxi‡•35þ°Û» õøHƒv‡^Õ?Å;¹ ÷Vì$¿ýÙ(ùw:oXq„ |ûÁÑ™ÆTëüJè¾gßü—^ƒ ÆBôÇÓÜÇxQö´œÜQ ¨SòtPÏrÑ;Ýà0E8H’ӂˆ0LÙFÙ3=â¿uÀ» ÿÇzÞÃÐ{Š 38j�^œC~1�d‚æI¥ŠþÆä[p¬Üºûñ(Ô�äE„ËÉÓ�x=¢/:ý 02\êdÀ‚Ì‹OÌ�à”ŸX’û ,MOÀ Z�$‰:ƒ$Q~1q«ŠOÀ XôÏ 6…–øúCS…æ,Î#Oõ ,µ0Hœ‘þX˜¤ñÉ/"Ǩ Œó¯ñçžÛÕÇWN¼ÁõUÏc¦vIjC£oG±Ç§¦g3権_`™Ýÿˆ#zQÚ‚w5-‘˜Rî-íþ,ŠyÛw³âÑ?‹Í(w縻kÎY¯–h·ÞvæSŽÅ: fO­XŒè=ñ°j`¹ì“0`ßÛ‚Iƒl Æ˜pI�.¶5 ¹CØ›©/¾öÜj7~�� ó-¯€Ucš–Õ#†ÆÓs³EªLf`SùYî6ôvAh‚§Ò±\ÓÝõ’3�B²¾ÉEøÙB¦ i!¨ŒK3è’TîGA¬®é8éÁ8P(l² È”¼=àù)n–ƒ�ËH%ELQ¹@ˆ›%ÏÛ�!Ú ¢’-ëÆÄ9§—Ç~nË_ :bÜB…†JŠ>µ�{CŠl9.EÅ-Á­QèVŠf^X’¶;OÜbEîd¹oÐ>þYìIí~›KŒ‰Ü¦÷7º^£kqG:÷sAÎןy�@«‘µrqE8{‚)ÐçËë¢ñ"ÜænëÉRàAþ6`* TÞÇÜAäem:_Ct1„ÒaД8‡3•+áüÏЙ3C­Ù^W¸«Ôá%È�úÅÒ}²e•û.º�QIÔò/ìŽeK&ͬzµ×;y¹*·‘§ÿéPYØá‰@T ——lV¦KMÂx…¹=Ô¢PM–fåzžVÂeüMi=ÁF­š~ ü0FÈ0ž"wûˆ­ÞsqÂÄñ^/ÿÄ‚üÍ(«„Ï_üŽƒ†l‡I莙]7FA¯gÔ}µ0I-¹xÉ_ì‹Š·{lIm3Ó´1ýóYÁ@Ù(´k—hhAŠòæ ‰ãb[ ‡nº!‡‡†ÏÅ°—MŸÿÐU±Æ•¾Xá¢Ò®ÅúAœ"Ì®”¼ ‰².ÿ!D3Ý,chBê\ij\ëÞ“[W¤­´¦À€¶Õ©~‡HSd*Í¡£ ÝPCØÝ  ƒ ”$ ¸^î&ÓÊë–— dþ, Št÷4Ý [%f°ñÌ4Ûœ ¨»&ÉËU€Y¨îËÔ–¾ÌÎgšG±Ð^í¦ÒÇú5#’þ»Îr­¾f)%ß[µgi·Z‘o¤)ÆŠœ-Bä»ãåÍ¾fk&&P!ŒŽaEr:D7¡}Á†–^[“kþYê¶Lš¢šùÞ%Ò�½,° UL“FVkO3¬Híg<Ô¦Šö< �ÜÛðÆ%;›jJEe1•Â¦Üã½|TŽèr­x�®V\“ÈÛÔ©½³‚%IK—à­¶’Ëø, á³*ä-ðk5Qpõ»ò¨HÖÇ%«è�ûÙ¢03Y[kDŸÍ@¨zI9@\�)”¨uŽkè¸#ÌS/ÌO7‡Ê÷½4µÁÓ�ǺEù^`§x~4ÇâÀmv&äØj‡‡Di3]~a­YÅ5E#þhsó·:ÂOÝrq¥¢ŸÊ‹ÜŠË ›ÿ¡´GxQÞe�UäÞœ8á¡*å^?È¿,+ë=u§¢zʸ€‡)�X¬Ò^B­žTèÞÜÁÇc5µÙ+}k~Üʧö·è-•GM¿Hòô8ˆ‘È“ÔWâÂQ«Å²9Ò�b\{�œïŸù?ÚéQ¡b³ƒ©-Ðüƒ&C"•!Óv8MŸ¦ÓN§Á(îkúbŽžŒ½Tµ¹x÷^€\0½ÄúÝ[O ¾í½L¿¬Ò$ÉôÜè¼'—â6t#µ“�çá~ÐÌ/ØcwLöŽß0K‰F¾ï_¶3ƒ…h›Æ¸Œ[ÃáÉ­0Y•DGe7Óê^Qq‰³XS¿t˜ßËÏÔ¢\ì˜óÎe‘0�â>­žüo¥(JÍÆt±Ù]·»,©me¦Ç4Á52;3Tâ†ë}yü¬c™Œ†LKî²ÒH1¤i­'Ò¸!ùôà¶Ò(€(TB läŸJ,t¿f›�+ðqªÜøŒ{æcùãIQïY²—üÕ°8…Ìjy§}Â!½xd^;ò@%#PH�(¤Ü“°šlbv(.:Ç”6K–4sÌÚÙ1N>ëºÃéØWÄ:¤¨1BÁ†"6™>™³¤ÉL•)¤¡43]Þ,á¤5‡¹&‡Ø´ÖIó¡Ýª(AzÕ2Ý5ɽ(´Á«½*Püj)ÂR|^V8b!—/oc¥seeíùèà¿^Ù ƒVÌ9ÛôN$¼ÃÇ‚Þ áK’y± \ÓGŠ�(­VŽÍ•¡‰³Ÿ_ï=,ˆ#¬}w";xH’¤^b%Ô cM$-ðDxxFΓSÚÕ‡ŽäÐÛ,Š`Ò$hX”’F0êÏ„äKG/RÞß“%Þ-Øå(dÊå¥_*)xŽ ¢ü/Þ½bëY«ø!�ÞçÔŸà\ƒN;Ø%¯F;n “[cCnf•a¹“´ \éré_Ãù–ÌUP%m0Œîe¿œq"kS¹rMU-q8 ;Úœ8¶Ic8/©'¸ÿŽ(Œ¼DÙèÖs=…™$ŠqÓ6°÷z±FÈÀÒÅr=>N«¶Š�¥¼À†@Ï…GAœÚaµ7}%¬¨­½$»[·µˆ�ìê„7øbtšâl�Ó�UJ\,ð´ûrÖ¿â÷ä›O6Ìʤ6x? q]T§¦ÏD«²ñ`ËÂÏD½^ĪF{æ¼Æ"LcùüÓ ë§™)Û´äÍÏœª¡¯Áô�Kž`Ýj�ÙK1�qЕeèY¹…Y(JepÃZµ‡¯/AØ+Púã+b‘÷=×tFä Y¡÷]@),ÆŸ˜”*2ËQßÀlE¿*ðQnÕ>.‰—ˆY>"÷nÆe(3YM”P H)>#×ðH¤Úê6öY½wãu4:àÅ^nÇËnåz¤»?ù¯T€¹^ΕEÌç3,uiw1©2Åtg"Zî»s~/ãîL’�nß •swnÖïRóhU.PX^®k�iæw±+Еëh¦ÜÂä¢�Ó¸ÐÙ“\ÐÓ·é•¥I·+ø§‹júÂÔí$2Ü… å¼Ç{]Ókv ÁN�Ä"X¹ê(Ü×ÞBÿLìgžÊlPrAÃÄï¡XL„ŸÉR¸U¼3. aª—WÊ•NØqf•â\\ÄZ tßkŽÀX 8«€ÎÐÒtas£ùªàz¾R‡�{7ñ¤¨‚ÀFƒvµ Ü+ì{Ràsùé˜ òC”èZà�g�qK¤©D¢oi¦M¤!‰~Ä•�P¹\‰;—›‘Y!)G!*¯ŽMƒw�Ljnwm]ºÆšaŒ5-V´©pÖœí ªë´¥Ð*v[ Í€­Vb7Æ•¾bÃ\jHû²ãáÅHNYàí0H"ÉÄáAìçD®®K#¥l¸`÷v!Ö„ÒÏ•Ÿ‹º�j€+¼è¿À(J¥ý¸Q™úP° €ó…s;,¼'2ÁÅ|ÏcXË-’•Ó°k¯Üˆ�ø‚ã‘&¿ÓBDÜ8+˜™ònTeµ� Né"FÚ0`ä(Y´�k¤Éá€d­ÆÌ âµé.0Å!?ãþ˜ë/æk³udUÑíV[A”ƒ±_¹C kƒºEuuÛ¿áIl³ÙÓhõïÛ)l¾·’z'éq­b4*ãJEš²•ª�çZ‚Yj�ëgh_ZôüôøÅ©Çä7ÎqèjKÁˆ×dp_Uf¦r�Ú^èÆÇ¥::ù=á=ª\ðuSÓm�7'sS�Þx ÁEÙ­o4]ê: C²ª´ ÒÕóݼj/r¹˜ìñÆMA¡”üŠÜUágõ>ÝøXèK±¸©ÝTSÊ+»qSMÜ™µ S¿Äž²ÖgM¾^Ë’Qê…m²_—×¥œ™•RYè� eèì¥Ïw¬Ó˜P1V¥®ZT•Èµ5>VW´Ñ”§¾¦Î·w/&Ï=?· °ÐÐëØ&0Ûi©[ža^<ÝöǽI2>.úíÙ¿¤Q®Â¨‰$/vpž$ñ0¯31â›é”4G/ª=6ß*òÚõ÷Úh- ©Ìhøµ’2‘猪Y”dŸ~ÏX¥±ñáÊ az)a—êºÖ¿©Nš”oˆlNuÞ¨hÝ|¯ãJê"œ×ÈrÌ͉'ó¦Cf–ìD›Î‹ÚÙÔ=æ²ùŒ~5LŒ`XÁÃîüSÀNµ.:o†ÙanJIì ÓsZÓ3Ó¦1Ák µ—ð^ ÏU&ÔÙ±æYT\­Ÿ5&¬lnjž“Ê6õŠ¸<ô�ëÝÖ«R¢™4rôüâux­·Óáv¶Ï•ë½†Â(s�ïDX3ú9‚‚¶«{_‰EñPÙu•ÙdS³Àv*OÙ0-D… k;ÍLµ‘ám7U;­x©sZÃTÒŒÚ>T^JQ3"ÁZ”“=óîáy «6�è×JÆsÁs½áuzý²¢³FpkN‡­}0n° Ô‘PÖÁ?+LŒR‘A#ch,¦ Å�\ë²"CfyôûÖäg|Æ5„¨(ô¹’�î½Ç®Hf�ê�2Ÿ)evÅbI8OfI=çEh,ŒŠçÒÙb€ô™d«,tšÖU„„ž®"”Ê•Þƒù˜G¶ Ò‘6'„,&eHCd|¤~G,?™ßí9·æǼ¾G”„Ý2~™¯õ‘VŽì>êôën€¥åHaA«s}Vtzu±oßM½!jÓr¬øZà •ÿÇ&ßBaŽÀû˜¡ÎðËëå”�ÙV11úŽølW­–Wmß�ŠÈ¼ÜŠ—,Éq =©ÜÊæ:Õn‚–†L´�KhÏËþcç(óq°‚]ñd§uˆéëৡ’Ìi€Ež�Ãz„³J+ƒ\ïU7w$I7CëŒ Ê¼À6ü†Š#†là[1Ä…2Ô3½:Œ´»¬µ�ïj·¼ 6ª$/%×™|È·¾}]džóe•“ÛÕnÙ\{câ½ñZu+¹’i¸Ã´�…vrX`w7(2�»qk£Ì¥ˆöuÑØ`‚ˆ'Ê*iA7¸²i^h0œ„Řü�ú:nƒ“-Ñ›h©»g°ö‰[‡¥{¡jeí1hT¯GÙ&�q-¯Öy²Þõ0ŽQT¶GÐ(öò§|›¬�#ì,³µ÷¾ØÎ\öìð‡(¸>ù�~+L©]`Ãa�jV¬ãªY[uIº”u��ÙJYmð74iêÅ'*y¡•´ƒù¦>ïû±@=s~(漧s-çY\q�èA>äBÎ{½èø,O§;DÖ©x] ©»:‹;@ñ*ŠÓsrRïeÁx”¥øt*Å!0û±“ ý…´ ;qÎ_óA“ àsѳ&>Onh�B!¢îIwåC.g|p”sYLq>¼ä�:ÒC_ƒ¾te­Ó;âˆÛõ;Ä¡]n4¼ß³Àþq$¼‘ƒ˜ÏÚí$2Î`W¶ï�9¹5¥HÓ2¹ÿÆÔ.¸,Óº]šT«û#ÅÃøXÖ±µ|æƒm¢û¡4ª[{ýá·ö÷׎$|ä^�Úÿg‡ènæ\ìª0fÁâuÏÛùܽ`§r»æL}ﳡÈV§ò0ÊO%tÏF=ªïÉ@¡½R¶É8šª�êTežh ˜ãð%„›ß�ŸÌ|lÆß–Àâ-°dÓU%ÙWë‚%~3 Š±yýYo)œì ZŽAÊhŸn¤ÎÌ1|îoØ^º ³ÏP;؃°ÞÌ%nñk9 °âÊZéá›NÝŸ ÄÁröE„!¯@6ÿHd[ðoCïx–c›¦xÏÍè» t,¬’Êu )!ÖërDÊh%•9Zዬqù8~MLí[‚ýYåÛß²÷º™¡`í¹ÚMŽ›í•ÁcŸ£�Öȱ,qΟXí L×g¬(|D=ê_&å�ÄY#å£Ú¯Í½IÂ_š×è Bòàë±OjWe¿b[ÎAÒ­Å‹‚?Íú°™éÍaª=|€ag6ðËÞÁQ¿$´�»åŠßÇc._¥î)ù^-ÉN9!p²*ê4„©_žZ q¸´\Ê^m7¸þ‰™*‚g÷cïà²FXÀµ/Ž—‡(¬91I!¦VÎ|ƒ…Y>&Yù®Ü–|˜[Þ¹¾¬–ât›ï×k1nº¾þ÷M!’Õ7æq�òGžOD(£Je}¿Í ë�1þ<8ŽÑ4ï`ºW\gÂôZo�·Î둦â�|ûSq÷™��r/úÆ]©ˆ}´nÜÛŸ®:\$_ÄíÇE•îÛ»¥T6sÕ(¨à£¬'òef©\û°Ù–V¯õ¹XFYÆ_îîÆò�Ñ‘ðö×-"bŸÀ ÌæC¤�‚RûA‡‘ ¬žÁ'ÁÊH—ñx»j½ÅÆøiÔYrÀ>ÍÞŒ}©ãÌ2‹�Â븑ÇØ&ôÀç+Äî5ßJÜ÷¨A¥1¯þ¥ÂÓÂœøŽ×`sÑÖXèU¡•M×QÉ_1È.Å)Ž3°ÒjSž .õÁpV›ò|pù#àú'f–#³€“àg,¡¹‹Wã�71ÐÇDCù^û0¢?ÜËj»qì{ÃÆ›Ýã>æs‘ ²¹¼.d8®"ùüð·ýCÎc8dÝdxw/gEmÐ3¯…°5ÊûµÄ7wÎ'QR‡C9t¬x�sØ ¾wB+º•¦hV¯áÙÐpºŒmlV§áÙÐT‚o‰vCóðéö·81I¼í1`vk¯!Ô^Ã¥þºWyo7âÏÅ2Êy=ûDómô˜ì+²ôO÷HŽ#AuÅ|~šÅØ*Ž*ŽŽJî(/©œß‹�/FÎOŽ½ùåËÿÂRÅV endstream endobj 5 0 obj <> endobj 6 0 obj <> endobj 7 0 obj <> endobj 8 0 obj <> endobj 9 0 obj <> endobj 10 0 obj <> endobj 11 0 obj <> endobj 12 0 obj <> endobj 13 0 obj <> endobj 14 0 obj <> endobj 15 0 obj <> endobj 16 0 obj <> endobj 17 0 obj <> endobj 18 0 obj <> endobj 19 0 obj <> endobj 20 0 obj <> endobj 21 0 obj <> endobj 22 0 obj <> endobj 23 0 obj <>/F 4/A<>>> endobj 24 0 obj <>/F 4/A<>>> endobj 25 0 obj <>/ExtGState<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 842.04] /Contents 26 0 R/Group<>/Tabs/S>> endobj 26 0 obj <> stream xœÅ][“Û¸±~w•ÿƒžRTÊCľ�כݬחc{÷Ô©ø}ò�ä—é•LîÕÿ7Í“j9ýßÉÇŸŸ>ùHüWŽXfÒ¼èsDŒ8ú“µ4�´1)?�¤ý 2™ùžªÂ+Ï�u_�;©LªTH"ïì]HM‹´R»ŠNMáJ¨ý}z¥“Ó+Æá_™¼ùn*<Ëq!&Oâ€gE™` þxÎ?!àœI�®JXlªp¿8߆/·0ÞF°Sˆ�a\ˆ9Û�}˸*®iAåHZû8wJë'fh‚ŠËQtö,pès €çÖå)Œxýó‰»þÜ/±”©S¿Ý¯R\ò¡=]BæÏd�&êÕ%ÄXð¢w^ÀÈ„H=³r„ÞܧS›4i"� ±÷"Z"K¥ò›dic¿Ã|#OPHüåÀ¯6Õ „›ƒ7å<.a•§ŠŸ¯@ƒÈÍ%¤ÚîwYE‘²£UÇñÍ¢ýôž˜¼�Ú@z°Æ’¸ú®žÃ•LžßM‹äžð®�/6Ó+‘Ôð¡DÃÏa##¸ƒGÊßñúXÍ@‘íïàÃ5ÝŒ7>¯ºçfð¿9>ñoz©ßÒ—øéùŠ>Zú‡!?þp}¿EX-öž³Œ{1¶"Ššƒ¨:~F’Ÿÿz¸ä üøŸ¢ÐH5‡°O@Ø'¹�Eø5†ã>0}=K×Σ÷õ¼ o9Ì]CÒ$â³Öš'K‹b",«�eå�,ôÄ]–{ör ’_eÃRª47þ¥ªhDˆT±vÎmAÞœb~-kN–¦ ÷ íÔ]&4À?ò1g?£I73‡ybøzzÅGÀ’«©NÐ’ç8´ú.„ËßÄã`‹E€» ïùsRÜG âú €W–\SÙâïq`Ö݇ÉßpüúÕÇé•JÞä½GMÞÁCR‡dùú'8S‡#|â§�tÓ»kcüÍD�EÀ 3æº| é-:ýŸ>Ä¥jà)�½¤ Kò ©ïß¾ ÖžTïµL¦2D2®LQüË÷�äSJ““¶’ý “5Vƒ'¯®qø×ÓNg¯_’¦M¦NÛ_ãå»·ïIe£.‰€%!ùXC!Óø?N~›ÚkΓ߀۸K%OMH~q—JB +õ#‘RÜ<)çKr•j�—CeêýCv0ˆðxâ†áQáòâý»M’ü¥ùžvN¾'à~�.ðÇ·WiÔó;£û�bó×QçŒ#À„~ºÌ}IÄ ‹ójr‘‚‡Ôù¤¾)D÷†Á\c:–3 KŽ�kr„Ò|cDü§¸�òÿwnàÖ�óô‹3Ô¼QnÐ~�ë ~ ‹u�^´Xæ˜.D-Zè~»@“Äb¢ {7_X#ÍðŸòÖ…í"YAÞOÊ:.CLéTòGš=Ó&OgÑbøc‚¸3Êå„YšÀ§æ ¡ÿ–Ô€¥–n·Ò@âs,´ìšõMs[NERcÚdhty_߯+¼ÇŽ­çõ]‰E” ®K¶xÿ Vñ!8æ ±µ)–§ ÖY�[0á"šø:.Ð17$€]ƒnÔ°¤ªg$¬%Êhw¿Áá¢H¾àe½ +“Ìðê�îp�ͪES—ð�"ÙãM÷«ùHBõÏÃ/Ue¨4¹kDµìH`�z Öf/W.XR£2.Pf›“Xæ&iê]³¤@¥­VeÕ^’¬/Ó� ýŒä¨%˜õˆÚ©´Æ…:椱˜ƒVýÅ°jÊ- Fò {†åMžT�ü$3É z}SÖ¨‘‘åVè´`~V!Ta6c¯Ì–

HS Code or Harmonized System code is an international standard system for classifying goods in international trade. The Harmonized System code consists of eight digits assigned to each product, which provides a product description and rate.

The Harmonized System code system is managed by the World Customs and Excise Organization (WCO) and is used by more than 200 countries throughout the world. Harmonized System codes are based on a hierarchical structure, with each code level providing more specific information about the product being classified.

For example, the HS code for fresh bananas is 0803.10.10 with the first two digits (08) indicating chapter (edible fruit and nuts), the next four digits (0803) indicating heading (banana), the next six digits (080310) indicates subheading for bananas that are not suitable for direct consumption as fruit, and the next eight digits (08031010) indicate bananas that are not suitable for direct consumption as fruit in fresh condition.

Harmonized System codes are important to international trade because they help determine tariffs, taxes, and other fees that may be applied to products when imported or exported. The Harmonized System code also provides valuable trade statistics for governments and businesses.

Here’s how to find out the HS Code of an item:

Pos Tarif (Tariff Item)

Pos tarif adalah tingkat paling rinci dari HS Code dan menggunakan enam digit angka yang lebih spesifik untuk setiap jenis barang. Misalnya, di bawah subkelompok ayam hidup, pos tarif akan memberikan kode untuk jenis ayam tertentu. Ini memungkinkan identifikasi barang yang sangat terperinci,

HS Code yang tepat akan memudahkan proses pengenaan tarif dan kepabeanan, serta meminimalkan kesalahan klasifikasi barang.

Bagaimana Cara Kerja HS Code?

Harmonized System Code (HS Code) adalah sistem pengkodean internasional yang digunakan untuk mengklasifikasikan barang-barang dalam perdagangan global. HS Code terdiri dari serangkaian angka yang terstruktur, mulai dari dua hingga enam digit, yang mengelompokkan barang berdasarkan kategori tertentu. Untuk mempermudah pemahaman, mari kita lihat bagaimana struktur HS Code ini dibagi:

Bab adalah bagian teratas dari HS Code dan diwakili oleh dua digit angka. Bab ini mengelompokkan barang-barang berdasarkan karakteristik umum mereka.